October 29, 2015

Surat Dari Mesir

Sahabat!

Sudah saya terima surat sahabat yang terkirim dalam bulan yang lalu. Mula – mula saya sangat bersedih hati sebab semenjak kita bercerai di Jeddah, tak pernah saya menerima surat lagi daripada engkau. Tetapi setelah surat itu saya terima saya baca, hilanglah sedih dan duka saya, nyata bahawa engkau tidak melupakan saya.

Maksudnya engkau terangkan itu, sangat saya setujui, itulah suatu maksud yang baik, sebab itu adalah suatu hikayat dan kejadian yang mendukakan hati dan merawankan fikiran, yang kerapkali benar terjadi di dalam lingkungan belia – belia kita.

Saya setuju maksud sahabat itu, pertama adalah karangan yang engkau maksudkan itu, akan ganti bingkisan (persembahan) kita kepada orang-orang yang menjadi korban itu, hantaran kepada arwah mereka yang suci; kedua ialah untuk menjadi cermin perbandingan orang-orang yang hidup kemudian daripada mereka.

Bukan sedikit belia – belia yang telah menanggung sebagai orang yang telah ditanggung oleh kedua orang itu, tetapi sukar orang yang selamat sampai ke akhirnya. Padahal "rindu dendam" atau "cinta berahi" itu laksana Lautan Jawa, orang yang tidak berhati – hati mengayuh perahu memegang kemudi dan menjaga layar, karamlah ia diguling oleh ombak dan gelombang, hilang ditengah samudera yang luas itu, tidak akan tercapai selama-lamanya tanah tepi.

Tidak ada bantuan yang dapat saya berikan kepada engkau di dalam pekerjaan itu, hanya bersama ini saya kirimkan surat – surat yang semasa kita masih di Makkah tak sempat saya berikannya kepada engkau.

Demi apabila buku ini telah selesai, kirimkanlah kiranya kepadaku barang senaskah, guna menghidupkan kenang – kenanganku pada masa yang telah lampau, semasa itu kita masih dibawah Lindungan Kaabah.

Sahabatmu.




"Padahal 'rindu dendam' atau 'cinta berahi' itu laksana Lautan Jawa, orang yang tidak berhati – hati mengayuh perahu memegang kemudi dan menjaga layar, karamlah ia diguling oleh ombak dan gelombang, hilang ditengah samudera yang luas itu, tidak akan tercapai selama-lamanya tanah tepi."

No comments:

Post a Comment